"Tumbu Tutup" Cinta
22 Januari 2014 pukul 8:37
SEDULURKU
TERCINTA,jantera alam semesta bila ditafakkuri,sebagaimana pesan Gusti
Kanjeng Nabi Muhammad saw:"Berfikirlah tentang ciptaan,jangan berfikir
tentang DzatNya.",maka ujung tafakkur ini akan mengantarkan seseorang
kepada keyakinan atas Sang Pencipta,bahkan secara otomatis bibirnya akan
berdzikir sebagai spontanitasnya,karena ketakjuban adanya.Segumpal
daging yang terselib di tubuh manusia semacam itulah yang kemudian
disebut "kalbu",karena adanya keyakinan:dibalik yang maujud pasti adanya
Wajibul Wujud.Dalam teks keberagamaan disebutkan bahwa jantera alam
semesta raya ini berasal dari Nur Muhammad--cahaya yang terpuji,lalu
cahaya ini menjelma menjadi orkestra bentuk,rupa dan warna.Semua bila
ditafakkuri akan mengabarkan tentang Sang Khaliq,bila orang Jawa
menyebut Pengeran,bila orang Barat menyebut God,bila orang China
menyebut Tao,bila orang Yahudi menyebut Iloh,bila orang Arab menyebut
Alloh,bila orang Kristen menyebut Alah,bila,bila,bila,bila.Bahasa boleh
beragam,namun essensinya adalah Satu,Tunggal,Esa.Sebagaimana benda-benda
di semesta ini akan beragam menyebutnya menurut bahasa mereka,namun
nanti orang akan menemukan satu barangnya.Pada sisi lain,bila kita mentafakkuri atas kehadiran kekasih-keasih hati,yakni utusan-utusan Tuhan,dari sejak Nabi Adam sampai Gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw sebagai sayyidul mursalin,maka mereka semua akan mengantarkan kita semua kepada cinta Tuhan,Allah.Dan karena Tuhan itu tak sebagaimana makhluk,maka cinta kepada Tuhan yang--semakin diketahui maka semakin tidak tahu tentangNya,maka cinta ini menjadi lebih praktis,dimana para kekasih hati sepanjang zaman akan "memandu" untuk mencintai milikNya ini sebagai "ekspresi" mencintaiNya,secara universal,tanpa sekat:rahmatan lil'alamin.Bila demikian adanya,maka penggambaran bagi orang Jawa namanya:tumbu oleh tutup [tumbu itu wadah mendapat tutup].Tumbu itu wadah yang setengah lingkaran,dan tutupnya juga setengah lingkaran,jadi bila keduanya di satukan akan membentuk huruf "O".Makanya dalam dunia suluk Jawa selalu dibunyikan "O",hole,bulat,utuh,kosong,sunyo.Hanya mata pencinta yang akan memahami bahwa keragaman adalah Satu,adanya.Dan hanya "mata juling" yang memandang Kesatuan sebagai dualitas,si mata juling inilah yang sebenarnya "musyrik" hakiki yang sering mengatakan musyrik kepada saudaranya.
Pandangan "tumbu oleh tutup" inilah yang akan mengantarkan kepada "kepedulian" tidak hanya kepada manusia "an sich",namun kepedulian itu menyangkut banyak keberadaan,termasuk di dalamnya:segala kemakhlukan yang diciptakan Tuhan ini.Pandangan "hole" inilah yang akan mengantarkan seseorang kepada "ketenangan" yang setenang-tenangnya karena memahami bahwa semua kejadian yang tergelar tidak akan pernah luput dari sentuhan lembutNya,dalam gengamanNya,semua dalam timanganNya.Dan bila terdapat kesalahan maka tidak akan menuding pihak lain,karena kesalahan itu juga menyangkut "kesalahan kolektif",termasuk dirinya sendiri itu.
Kawan-kawan,alam nampak diam,namun tidak sebenarnya,malah alam bisa kita pahami berbicara lantang melebihi demo sebesar apapun manusia,sebagaimana banjir bandang yang datang menerjang.Apakah karena kita tidak terkena dan aman? Tidak,bagaimana kita bisa tenang dan aman bila kampung kita tidak terkenal air bah,karena mereka yang terkena itu ternyata adalah:kita yang lain.Tubuh kita beda namun:bukankah jiwa adalah Satu? Adanya...Tabik!
Kiai Budi Harjono |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar