Daftar Blog Saya

Selasa, 31 Desember 2013

Oleh:Anwar Sanuji

Pidato Bung Karno dan masalah TKI

Membaca tulisan sejarah konfrontasi Indonesia vs Malaysia :

Dan pidato Presiden Sukarno tentang Malaysia 1946:

versi video :

Bukan tentang masalah konfontasi yang akan ditulis disini, melainkan tentang perbandingan situasi dan rasa percaya diri bangsa dimasa orla dan masa sekarang.
Dari pidato di atas dapat terlihat betapa posisi bangsa kita jauh diatas angin dibandingkan Malaysia. Posisi Indonesia jauh lebih dipandang di mata dunia internasional sebagai bangsa besar dan memiliki kontribusi nyata dalam kancah politik internasional. Sementara Malaysia saat itu bahkan bisa dikatakan belum layak disebut sebagai suatu negara.
Dengan kata lain sangat masuk akal rasa percaya diri dari Bung Karno saat itu sangatlah tinggi hingga berani mengeluarkan wacana ganyang malaysia. Jelas Bung Karno bukan asal ngomong saja, orang sekelas dia tentu punya perhitungan yang jelas atas segala ucapan dan tindakanya, karena memang Indonesia saat itu jauh lebih unggul dalam segala hal dengan malaysia sehingga diatas kertas bila terjadi peperangan Indnesia pasti menang. Bahkan banyak yang mamprediksi bila tidak terjadi peristiwa G30S atau Gestok, konforontasi masih akan berlanjut dengan hasil akhir bergabungnya Malaysia dengan Indonesia dan negara Malaysia hanyalah tinggal sejarah. Tapi bukan itu hasil akhir yang diharapkan oleh negara-negara imperialis bukan?
Lalu rasanya sulit diukur dengan akal manusia pada masa itu tentang masa depan Indonesia sekarang bahwa Indonesia akhirnya menjadi pengekspor TKI ke malaysia, dengan kata lain bangsa Indonesia menjadi babu di negara malaysia bahkan banyak yang diperlakukan tidak manusiawi sementara pemerintah tidak mampu berbuat apa-apa. Malaysia yang dulu gemetar terhadap Indonesia, bahkan sampai harus mengemis dan melacurkan negaranya ke negara lain seperti Inggeris dan Australi karena takut dan tak sanggup menghadapi Indonesia, kini mereka menjadi tuan dari pekerja-pekerja kasar Indonesia. Ironis.
Bagaimana mungkin pada masa orba TKI dianggap menjadi solusi ketenagaan Indonesia. Bukankah TKI timbul karena tidak meratanya kesejahteraan di Indonesia akibat kebobrokan pemerintahnya sendiri terutama karena dibukanya keran kapitalisme ke Indonesia oleh rezim Soeharto. Seharusnya pemerintah lebih bertanggung jawab mencarikan solusinya bukanya solusi tersebut dibebankan ke bangsa ini dengan menjadi babu di negara lain terutama kenegara yang telah melecehkan bangsa kita.
Bung Karno selalu berjuang merubah mental bangsa ini yang lama terjajah yaitu mental inlander atau mental kuli menjadi mental asli bangsa ini yang bermartabat. Namun rezim orba justru memupuk mental inlander ini salah satunya dengan menjadi TKI sebagai solusi ketenagakerjaan. Betul-betul suatu bentuk pengkerdilan dan penistaan bangsa yang sistematis. Tembok harga diri bangsa yang dengan susah payah dibangun dan diperjuangkan Bung Karno yang bahkan harus dibayar dengan darah , seolah-olah diruntuh begitu saja diera Soeharto hingga sakarang.
Jangankan menjadi kuli di negeri orang, menjadi kuli di negeri sendiri saja diharamkan oleh Bung Karno, apalagi menjadi kuli di negara malaysia. Entah apa yang ada di benak pemerintah pada saat itu.
Andaikata Bung Karno masih hidup, tentu menagis saja tidak cukup baginya meratapi nasib bangsa ini yang harus menjadi kuli di malaysia. Suatu episode bangsa yang tragis dan ironis.

Tidak ada komentar: