Daftar Blog Saya

Sabtu, 22 Februari 2014

Sekelumit Tentang Tan


Tan Malaka adalah Tabu di Atas Tabu

Oleh Zen RS | Newsroom Blog Yahoo – Selasa, 18 Februari 2014

Segala yang berbau PKI (Partai Komunis Indonesia) bukan hanya tabu tapi secara resmi memang terlarang dan dilarang oleh negara. Bedanya: PKI yang ditabukan pun mengharamkan Tan Malaka.
PKI tak menyukai Tan Malaka. Dalam sikap resmi PKI, Tan Malaka adalah pengkhianat, Trotskyist, bahkan disebut sebagai antek imperialisme.
Di hari-hari sekitar kudeta 1948 di Madiun, Musso yang baru pulang dari Moskow mencaci maki Soekarno-Hatta sebagai antek Jepang penjual Romusha. Tapi Musso merasa tak cukup hanya memaki Soekarno-Hatta, dia masih merasa perlu untuk menyeret Tan Malaka dan menyerangnya dengan keras, bahkan kasar.
Orang-orang PKI yang selamat dari pembantaian 1965 beberapa di antaranya masih merawat pertentangan dengan Tan Malaka. Dalam bab terakhir bukunya mengenai kudeta Madiun 1948, Harry Poeze melakukan survei terhadap tulisan-tulisan mengenai kudeta Madiun yang ditulis pasca 1965. Dalam survei itu Poeze menemukan beberapa tulisan orang PKI yang masih membawa-bawa Tan Malaka, selain Soekarno-Hatta tentu saja, dalam analisisnya mengenai kudeta di Madiun itu.
Peristiwa 1925-1926, saat Tan Malaka menolak rencana perlawanan bersenjata PKI terhadap pemerintah kolonial, menjadi dendam yang menahun.
Bagi Tan Malaka sendiri, peristiwa 1926 itu jadi erupsi yang meledakkan perpisahan Tan Malaka dengan PKI. Dan sejak itu Tan Malaka mulai mendapat sebutan Trotskyist, cap tidak enak yang biasa disematkan di jidat orang-orang yang tak setia dengan garis resmi politik Soviet.
Jika PKI menjadi tabu karena secara resmi memang dilarang oleh negara, Tan Malaka tak pernah benar-benar menjadi sosok terlarang. Negara bahkan mengakuinya secara resmi sebagai pahlawan nasional pada 1963. Presiden Soekarno sendiri yang menandatangani beleid pengangkatan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Dan beleid itu tidak pernah dicabut. Jadi, status kepahlawanan nasional Tan Malaka itu clear, jelas, tanpa keraguan.
Jika PKI yang diharamkan negara pun bisa mengharamkan Tan Malaka, apalagi organisasi-organisasi lain yang mengaku sebagai juru dakwah ideologi negara. Dan itulah yang terjadi dalam dua pekan terakhir.
Mereka mencoba menggagalkan bedah buku Tan Malaka: Revolusi Gerakan Kiri Jilid IV karya Harry Poeze.
Di Surabaya acara berhasil digagalkan. Di Semarang, sempat ada juga upaya penolakan. Semua penolakan itu berpangkal dari alasan yang hampir sama: Tan Malaka itu PKI.
Simak argumentasi Ketua Bagian Nahi Mungkar FPI Jawa Timur, KH Dhofir, di depan Gedung C20 Library, lokasi bedah buku Harry Poeze di Surabaya itu. Dia menganggap kepahlawanan Tan Malaka wajib ditolak. Alasannya, dengan mengutip KH Dhofir, "(Kepahlawanan nasional Tan Malaka) Itu kan versinya PKI. Tan Malaka itu kan pahlawannya orang-orang PKI."
Lihatlah kekacauan berpikirnya: Tan Malaka yang dianggap pengkhianat oleh PKI, justru oleh FPI dijuluki sebagai "pahlawannya PKI".
Dan menyebut status pahlawan nasional Tan Malaka sebagai "versinya PKI" itu juga argumen yang buta sejarah. Tan Malaka diangkat sebagai pahlawan nasional justru atas dorongan kalangan Partai Murba, seperti Adam Malik, Soekarni, sampai Chaerul Saleh. Dan cukup jelas: Adam Malik, Soekarni dan Chaerul Saleh bukan orang PKI. Kalau orang PKI, mana bisa Adam Malik pernah jadi wakil presiden-nya Soeharto?
Padahal Tan Malaka tak memusuhi gerakan Islam. Dalam Kongres Komintern ke-IV di Moskow pada 12 November 1922, Tan Malaka secara terbuka mengkritik usulan Lenin yang diadopsi secara resmi dalam Kongres Kominter II. Tan Malaka menentang keputusan Komintern untuk menentang gerakan Pan-Islamisme.
Di depan semua tokoh-tokoh komunis seluruh dunia yang hadir pada 12 November itu, Tan Malaka mengisahkan bagaimana penting dan vitalnya Sarekat Islam dalam kobaran perjuangan rakyat terjajah menghadapi Hindia Belanda. Tan Malaka dengan sekuat argumennya mencoba menunjukkan kesalahan Komintern yang memusuhi gerakan Pan-Islamisme.
Sedikit orang yang pernah bersikukuh menjelaskan pentingnya gerakan Islam dalam perlawanan terhadap kapitalisme dalam sidang komunis sedunia. Tan Malaka adalah salah satunya.
Tan Malaka adalah kepahitan sejarah. Dia ditolak oleh dua kubu sekaligus: mereka yang berada di simpang kiri jalan dan simpang kanan jalan.

Tidak ada komentar: