Daftar Blog Saya

Selasa, 18 Februari 2014

Oleh:Kiai Budi Harjono

"Mandoro Geni" Cinta

18 Februari 2014 pukul 3:33

SEDULURKU TERCINTA,beberapa hari yang lalu saya menerima pesan dari teman yang mengabarkan "Mandoro Geni",dimana kita dianjurkan untuk meneruskan laku prihatin Bumi,semakin merendahkan diri dalam kehidupan, mentotalkan keikhlasan dalam penghidupan,meningkatkan keuletan,kerajinan dan ketangguhan beramal shaleh.
Meninggikan tangan dambaan kepada Allah swt,memperdalam pengkhusyukan ibadah,memperbanyak istighfar,tasbih dan kalimah thayyibah.Memohon keluas-semestaan hati,terang benderang fikiran serta perkenan kedermawanan Allah SWT agar menganugerahkan hidayah memuati kekosongan jiwa kita dengan petunjuk hal-hal berikut secara bertahap:Pengetahuan lanjutan hal "Pesta atau Evakuasi",terutama yang berkaitan dengan kabar Mandoro Geni,samudera api berwarna merah di bawah permukaan bumi Yogya dan Jawa Tengah selatan.
Mohon dilindungi dan dituntun hal benar tidaknya terjadi gempa 23 kali selama interval antara Januari hingga Oktober 2014. Diawali di Kebumen,yang sampai hari ini sudah berlangsung 7 kali kecil dan sedang,kemudian pada gempa ke-9 akan melahir Gunung Berapi baru di sekitar.Pebukitan Menoreh barat Yogya yang bernama Gunung Pragota, kemudian pada hari ketika atau sekitar Pilpres 2014 terjadi gempa ke-18 yang akan melahirkan Gunung Sukorini di wilayah Gombong Selatan.

Pesan itu berlanjut:Di tempurung dinding bagian dalam Gunung Merapi sebelah barat terdapat dua retakan, tidak terlalu besar, tetapi dorongan pergerakan energi api dari dalam dan bawah akan dengan mudah memperbesarnya.Itu berarti di bagian bawahnya sedang menyebar juga pegerakan energi Mandoro Geni dari "Dapur Utama" bawah Merapi ke arah timur sampai sekitar Flores dan barat lantas ke lengkungan arah utara sampai Aceh,yang sekaligus juga mendorong akibat pada perubahan struktur lempengan tanah di sepanjang alur itu.Tergantung seberapa kuat arus energi itu dan seberapa tebal dan kuat penyangga bumi di alur itu untuk menimbulkan gerakan-gerakan di permukaannya. “Anomali Merapi” merupakan acuan utama atau “khilafah” dari kejutan-kejuatan cuaca dan perilaku alam di seluruh Nusantara.Mohon temen-temen tidak 'nggege mongso', tidak memastikan ya tidak memastikan tidak, melainkan berlindung dan memohon hidayah Allah swt di antara ya dan tidak,di antara tenggelam dan tidak tenggelam,di antara tertimbun dan tidak tertimbun,di antara hidup dan hidup berikutnya.

Teman-teman di seluruh Nusantara semoga dijadikan oleh Allah SWT sebagai Kaum nilai dan perikehidupan Bangsa Nusantara,sekaligus sebagai Kaum yg menolong siapapun saja yang Allah mengirimkannya kepada hamba-hambaNya yg dipilih menjadi Evakuator.Anomali itu sebagian besar merupakan output dari gelombang kuasa ummat manusia di wilayah ini yang dalam waktu cukup lama memancarkan
paradoks nilai-nilai,pelanggaran terlalu frontal terhadap tradisi sunnatullah dan hukum alam,sebaran kemunafikan yang berlebihan sehingga menciptakan kekisruhan terhadap logika-logika natur,kemudian para penduduk wilayah ini terkejut sendiri oleh resonansi oportunisme perilakunya yang mendorong berlakunya oportunisme cuaca, kejutan datangnya air,mobat-mabitnya angin,ketidak-menentuan padatan dan kosongan ruang,yang silahkan disimulasikan sendiri bagaimana bentuk dan wujudnya pada keseharian fisik kehidupan ummat manusia di wilayah ini.Jika manusia yg tidak turut merusak alam dan kehidupan,terutama yang berjuang membangun dan memperindah kehidupan--di dalam kejutan-kejutan anomali itu--diperintah Allah untuk ber-qurban:insyaalah maqamnya adalah:Memperoleh kemuliaan akhirat karena ikhlas menthariqati rahmatan lil'alamin dengan harta, penderitaan dan mungkin nyawanya. Memperolah cinta dan kebaikan Allah pada tingkatan yg tinggi karena "legowo mowo beo" demi "jer basuki" ummat manusia dan alam di hari bumi berikutnya.Kemuliaan dan cinta Allah itu ditaburkan kepada anak2, keluarga dan ummatnya pada era yg dilahirkan kembali di bumi, atau diwujudkan berupa rumah cahaya dan kedamaian abadi di Bumi Sejati.

Kawan-kawan,ternyata pesan ini bersumber dari CN atau Cak Nun,kalau memang ini benar dari beliau maka saya tidak berani berkomentar apa-apa...Tabik!
Kiai Budi Harjono
Kiai Budi Harjono

Tidak ada komentar: