Daftar Blog Saya

Sabtu, 27 Juli 2013

Puisi Timur Sinar Suprabana

oranye

begitu saja kutaruh kuasku hampir persis bagaimana Dulu
yang tak lagi bisa kuingat namanya pernah
meletakkan hatiku, di piring beling berlingir gumpil, sebelum kemudian
tersenyum kepadaku dan bertanya, “tanpa hatimu, masihkah engkau
bisa menggodaku?”

kupandang hatiku yang tergolek, hampir tanpa rasa peduli kujangkau kuasku
dan aku pun mulai melukis
: menggodanya

tanpa hati

bertahun sesudah itu, ketika wajah dan hari tak lagi manis,
ia mulai sesekali memangkas rambutnya, mengawetkan tiap helai pangkasan
di pot (warnanya, kalau aku tak keliru lihat, ungu) dekat kursi kayu
yang sejak entah kapan tak lagi punya sandaran lengan

sambil duduk, bersandar (ada kalanya sembari
bersilang kaki), menghadap ke sore berangin
ia bercerita, dengan suara terbata dan napas berat oleh nikotin
yang ngethel di dinding lorong tenggorokan,
mengenai usia yang katanya selalu saja berlari meninggalkannya

pada saatsaat demikian, yang dalam dua tahun terakhir
mulai sering, kuambil kuas (ada kalanya apa saja) untuk mulai
menyapukan warna

hanya satu warna

”mengapa
selalu Hitam?” tanyanya

”kerna memang tinggal itu yang kaupunya. lainnya sudah Lama tiada.” kataku
sembari diamdiam berharap bisa meminta sedikit saja warna oranye

milik senja.



27 juli 2013.
semarang.

Tidak ada komentar: