Daftar Blog Saya

Jumat, 16 Mei 2014

Sajak Timur Sinar Suprabana

Timur Sinar Suprabana:

aku menyaksikan
kekasihku
kekasihku

di pagimu yang masih mengandung migrain semalaman
aku menyaksikan anak-anak berangkat ke sekolah,
aku menyaksikan orang-orang yang tak benar-benar kukenal
sedang berangkat kerja atau malah baru hendak mencari pekerjaan,
aku juga menyaksikan perempuan-perempuan
yang tampaknya adalah para buruh pabrik mengayun langkah ke halte,
menunggu bus, sembari sesekali saling bertukar tawa di antara mereka.
aku tak tahu, ini pagi yang patut menggembirakan
ataukah kenangan atas malam yang sungguh merisaukan?
yang kutahu, pergi-pulang berulang, aku selalu lantas
menemu diri sendiri tak henti merindukanmu.
kerna senantiasa kulihat engkau
membayang hampir di segala.
membayang di cahya matahari pagi yang bikin bayang tubuh
terlihat lebih panjang dari yang seharusnya,
membayang pada lalulalang pengendara yang belum melunaskan
cicilan kredit sepeda motornya,
membayang pada suara-suara klakson-klakson yang parau,
membayang pada seragam para pegawai negeri,
membayang pada wajah-wajah pedagang kaki lima
dan para penjaja koran, tabloid serta majalah di perempatan jalan
pada lajur pancangan lampu pengatur lalulintas
yang sering konslet,
membayang pada dinding truck-truck perngangkut sampah
dan bus kota-bus kota yang tak juga kunjung diremajakan,
membayang di ujung sepatuku,
dan bahkan sungguh juga membayang di yang tak terbayangkan.
kekasihku
kekasihku
macam bagaimana kini wajahmu di jakarta?
macam bagaimana kini badan, tubuh dan dirimu di jakarta?
dan terutama, katakanlah padaku, o, kekasihku
:macam bagaimana kini hatimu di jakarta?
apakah hatimu masih mencintaiku?
apakah hatimu masih merindukanku?
apakah hatimu masih menyetiaiku?
atau apakah jakarta telah pula mengubah hatimu yang jelita itu
menjadi hati yang meminta badan, tubuh dan diri
untuk berpaling dari warna bunga,
bahkan meludahkan makna kata,
dan menghardikmu buat selalu berlekas penuh gegas
memburu benda-benda?
aku sedih
tiba-tiba Sedih
tetapi aku tak tahu benar mengapa aku sedih,
yang aku tahu adalah bahwa engkau masih saja membayang
bahkan di segala yang sungguh tak bisa kubayangkan.
ah, kembali aku menemu diri terpesona
pada pertanyaan-pertanyaan fana
yang kini benar-benar kusangsikan gunanya
........
1990

Tidak ada komentar: