*JANGANLAH DIKERJAIN OLEH PEKERJAAN,TAPI KITALAH YANG HARUS MENGERJAKAN PEKERJAAN*
Tulisan
ini tidak untuk melemahkan semangat dalam menjalani aktifitas pekerjaan
dan kehidupan berusaha sehari-hari,namun justru sebagai "Obat Kuat"
dalam mensikapinya.
Selama melintasi segala sudut arah di Delapan
Penjuru Mata Angin,banyak kurasakan dan kusaksikan bila kehidupan
manusia sehari-harinya selalu dalam liputan kesulitan,susah
payah,terseok-seok,seruduk sana seruduk sini,terjang sana terjang
sini,dalam upaya mencari rejeki,uang dan harta benda duniawi.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam SUSAH PAYAH"
(QS.Al Balad:4)
Makna relief agung diatas adalah :
-Bukannya Tuhan yg membuat manusia itu dalam susah payah,tetapi manusia itu sendiri yg memilih tenggelam dalam kesusah payahan.
Sementara dalam hal mendapatkan kedamaian,ketenangan,ketenteraman batin,maka jarang manusia merasakan dan memperolehnya.
Jika adapun itu hanya terasakan sesaat.
Penyebabnya
adalah,karena dalam hal urusan mengingat kepada Tuhannya begitu sangat
lalai bahkan secara otomatik menjadikan terbengkelai,lupa,tak punya
waktu dan tak pernah menyisakan waktunya untuk Dia, Tuhan,Rabb Sang
Penguasa kehidupan yang sesungguhnya Sang Pemberi ketenteraman dan
penghidupan.
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai."
(QS. Ar Ruum:7)
Maka
saksikanlah suasana jalanan,di
pasar-pasar,dipertokoan,dipabrik-pabrik,begitu banyak suasana persaingan
nafsyu yang menimbulkan sakit hati.
-Sakit hati dijalanan yg
selalu macet,panas,terburu-buru dan harus sodok sana sodok sini dalam
bersaing mencari celah yang lowong sedikit...tak peduli dg yg lain,yg
penting urusan sendiri tercapai...hingga langgar lampu merah pun tak
peduli...
-Sakit hati,kesal,gundah,gondok di suasana
pabrik,sering dicaci maki atasan,sedikit-sedikit dapat peringatan,belum
dari rekan-rekannya yg lain yang usil,yang sirik dan dengki dg kita,yang
dijelek-jelekin,yang difitnah,dsb....
Sungguh itu bikin sakit hati terus,sementara lainnya puyeng krn gajinya ga cukup memenuhi kehidupan.
-Di
suasana pasar yang semrawut,bau
amis,berkotor-kotor,terburu-buru,bersaing harga,mikirin tukang pungut
uang,sampah,dll,membuat stress dan putus asa.
Setelah di renungi
dari rangkaian rasa sakit hati,stress,gundah yang terurai
diatas,ternyata sesungguhnya ujung-ujungnya kita hanyalah sekedar
memburu hasil upah/uang yg hanya sebesar 50,000 an Rupiah saja,yg
didapat seharian dg rasa yg sangat suntuk,dalam jiwa yg penuh emosional.
-Dan ketika kita pulang ke rumah hasil uang yg hanya sebesar itu tinggal utuh bersih hanya seebsar 20,000-25,000 Rupiah.
Karena
ternyata dijalanan seharian telah dikeluarkan utk beli makan minum
15,000,buat beli rokok 12,000,buat bayar parkir 3,000,kadang terpaksa
sisihkan buat para pengamen atau pengemis 2,000...
-Belum kadang kesal lagi karena ban motor kempes harus isi angin dan terpaksa keluarkan Rp.2,000,-
-Sampai dirumah masih ada lagi ditodong untuk jajan bakso Rp.5000,-
-Sampe dirumah anak bini hanya kebagian sisa Rp.20,000,- an.
-Buat beli beras Rp.7,000,-
-Sayuran,tempe tahu,kangkung Rp.7,000,-
Sisa tinggal Rp.6,000,-
-Nah,terjadi
berantem,cekcok suami istri karena saat yg sama si suami minta sisanya
dibeliin kopi buat obat stress,namun istri minta dibeliin jepitan rambut
dan pewarna kuku,seharga Rp.10,000,-
Mabuk,mabuk deh...
Begitu
seterusnya setiap hari,uang habis bahkan kurang utk memenuhi hajat
hidup,..sementara malam sudah letih cape sakit hati,tapi harus segera
istirahat utk bisa bangun esok hari dg urusan yg sama...
Maka,tak
kan pernah selesai sampai kiamat,kita hidup dalam merugi tanpa
hidayah,petunjuk mendapatkan tuntunan hidup penuh damai dan ikhlas.
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam KERUGIAN",
(QS.Al ´Ashr:2)
-Dan
apakah kita berpikir orang yang hari-harinya mendapat hasil lebih dari
Rp.50,000,- itu juga terbebas dari emosi dan hidup dalam puas tenang?
Ternyata tidak juga !
Sekaya
apapun,sebanyak apapun hasil uang yg diperoleh,orang tetep saja dalam
hari-harinya selalu diburu perasaan was-was,kurang waktu,kurang banyak
dan kurang puas.
-Bahkan bagi mereka yg kaya,yg pejabat,yang
Bos,yg bertitle pangkat...semuanya mengalami rasa yg sama...rasa was-was
dan rasa tak pernah puas...injak sana injak sini,tekan sana tekan
sini...yg semuanya menguras jiwa dan membuat sakit hati.Karena semua itu
didorong oleh tamaknya nafsyu jiwa.
-Disamping itu,INGAT !
"Saat
kita dalam kaya harta benda,ada kewajiban untuk menyedekahkan SEBAGIAN
dari harta yang kita miliki kepada para insan lain disekeliling kita yg
sangat membutuhkan",bukan untuk dinikmati sendiri,INGAT bahasa perintah
Tuhan adalah "SEBAGIAN",artinya "MINIMAL SEPAROH",BAHKAN JIKA IKHLAS
SAMPAI 75 %,maka itu yg akan lebih disorot oleh Tuhan."
(Maka,lihatlah
yg terjadi krn sebagian besar manusia itu kebalik,yg disedekahkan dg
ikhlas hanya 10 % saja bahkan hanya 1 %...sedangkan yg 99 % ditumpuk utk
senang-senang pribadi sampai mati).
-Bandingkan dg laku
perbuatan para Nabi dan Rasul,Sahabat,atau coba tengok Madame Dewi Siti
Khadijah,yg rela meludeskan semua harta bendanya utk jalan
kemaslahatan-Nya....
Lantas,
ADAKAH HARI-HARI YANG PENUH KETENANGAN DAN ENJOY MENJALANI HIDUP DENGAN PENUH RASA SYUKUR ATAS KARUNIA ILAHI?
ADAKAH HARI -HARI KITA ,"TIDAK DIKERJAI OLEH PEKERJAAN TETAPI MENGERJAKAN PEKERJAAN?"
Ternyata ada,semua ada ilmunya...semua ada prosesnya...semua ada caranya.
Semua berpangkal dari "CARA SIKAP"
-Ketika
pada akhirnya uang bersih yg dibawa pulang hanya sekitar puluhan ribu
saja,maka ga perlu capai-capai,ngotot-ngotot menguras energi dan emosi
berebut,bersaing terburu2 di jalanan,di kegaduhan dan di kehiruk
pikukan.
-Cukup berdiam dirumah buka warung kopi,mie rebus,dan usaha2 home industri lainnya dirumah saja,
Maka biarpun pendapatannya kecil,tapi pada akhirnya kesampaian juga dapat uang bersih walau hanya Rp.20,000,- an saja.
Tanpa panas..tanpa emosi,tanpa sakit hati menguras keringat dijalanan yg pengab.
-Syukuri apa yg didapat walau kecil tapi membuat hati tenteram dan aman .
"Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang selalu BERSYUKUR".
(QS.Al Qamar:35)
-Banyak mengingat Tuhan disetiap langkah,nafas saat beraktifitas,dengan menjadikan semua itu sebagai ibadah.
-Kemudian sambil berpikir utk mengembangkan uang dari rumah dimulai dari yg ringan-ringan.
-Sedikit hasil tapi jika diperbanyak maka peluang mendapatkan rejeki lebih,insyaAlloh akan dibukakan pintu-pintunya oleh Tuhan.
-Kemudian kita cari orang yg bisa dipercaya dan diajak bekerja sama untuk joint bagi hasil dalam usaha.
-Luangkan
waktu mengaji,mengingat Tuhan,beribadah,berbuat baik sama
tetangga,kerabat handai tolan,sambil nongkrong dirumah berternak
unggas,pelihara ikan atau apapun yg bisa menghasilkan rejeki,maka
insyaAlloh Tuhan akan berikan hidup itu penuh dg damai dan tanpa sakit
hati.
Maka,bagi yg telah terlanjur menjalani hidup di tengah hingar bingarnya kota besar yg penuh persaingan keras,
Yang jadi pegawai,yang jadi buruh,yang jadi pesuruh dan apapun,
Maka
tetap lakukan saja aktifitas sehari-harinya dg ikhlas,tenang,tidak
"ngoyo"/ngotot" dan yakin akan suatu pemikiran bahwa sebanyak berapapun
uang yg dapat kita hasilkan,maka ujung-ujungnya hanya untuk isi perut
dan kepuasan sesaat.
Selebihnya paling hanya memenuhi kebutuhan sekunder seperti renovasi rumah,perabotan/peralatan rumah tangga.
Yang pada ujung-ujungnya kita tak sadar badan semakin tak berdaya dan tua dan akhirnya meninggal.
Hasil
keringat kita,emosi kita,pemenuhan kekayaan perabotan yg kita tumpuk
sepanjang hidupnya ternyata tak ikut dan tak akan dinikmati di liang
kuburan tempat jasad kita meleleh melebur menjadi tanah.
-Maka
apapun harimu,apapun statusmu,apapun keadaan yg tengah kita
hadapi,sedang apa dan menjadi apa,tetaplah dalam semangat berusaha dan
berupaya mencari uang sesanggup dan semampu kita bertindak dan
melangkah,
sambil terus belajar ilmu bagaimana mencari rejeki,bergaul
dg komunitas yg bemanfaat,berpikir,dalam hati dg penuh ketenangan dan
keikhlasan.
-Dan kemudian "JANGANLAH MENGGALI LOBANG MASALAH SENDIRI"
Yakni,bertindak,berkeinginan sesuai batas kemampuan.
Salam kedamaian.